Hari ini sedikit memberikan harapan padaku.
Aku lupa apa pagi ini ada sapaan pagi atau tidak. Benar – benar lupa karena pagi ini sedikit acak kadut. Terbius oleh mimpi sampai tanpa sadar sudah pukul 8 pagi.
Langkah lebih ringan dari biasanya, bukan karena gajian atau THR. Sama sekali bukan. Hmmm...what do you think, world? Yeah, aku memiliki harapan di hari keempat ini, ups ketiga? Hari keberapa tepatnya? Hahaha please tell me cause I forget it.
Dia hanya ke bank lalu ke kantorku mengambil kunci VVIP Room (See? I called VVIP Room again). Masih ingat bagaimana aku hanya sedikit malu – malu menegurnya dan bercanda dengannya. Yah, seperti kami baru saling mengenal.
Rasanya di kantor pun tenang. Dia berada di VVIP Room dan aku di kantor. Sungguh, aku sangat tenang dan merasa tidak sebaik ini selama beberapa bulan ini. Tidak terasa jam kantor habis dan tidak sabar untuk menghambur keluar dan menemukan ekspresinya yang aku belum bisa bayangkan. He ask me to dating with him again. Amazing.
Memasuki VVIP Room dan bersiap – siap berangkat rasanya seperti mengulang waktu – waktu dulu. Uhm...hendak bertempur bersamanya (But don’t call me with Komandan or Ndan again. I Hate it now. The fact it’s not special for me. There’s another woman who have this ‘name’). Ada sedikit halangan. Macet. Pfiiiuhhh, dan kenapa dia selalu memilih jalan ini? Sewaktu hendak ke Jatinegara untuk mencicipi Sate Keroncong dia pun memilih jalan ini, kami kehujanan dan acara batal. Kali ini, tempat tujuan Setiabudi pun harus batal karena macet. Metropole jangan berharap kami akan singgah, dia mau menunjukkan jiwa nasionalisnya dengan menonton piala AFF.
Bagusnya, aku sama sekali tidak marah / ngambek / sejenisnya. Hanya saja sedikit jengah ya, setelah beberapa menit bermain, dia mulai bosan dengan permainan.
Permintaanku ke PHD malamnya dipenuhi, tapi di situlah aku kembali merasa ...uhm...sejenis...’owh jadi gitu? I see’. Ya ungkapan semacam itu. Besok ternyata dia libur lagi, hal yang sudah aku duga pula, walaupun sebelumnya dia mengatakan hanya libur satu hari. Dan acara tahun baru dengan teman – temannya tidak ada juntrungannya. Hmm..what happen? Apa aku tidak pantas untuk curiga?
Dia terlihat enggan membicarakan itu lagi. Aku juga sedikit kaget dengan alasannya takut menyimpan software ini itu di laptopnya karena takut audit. Lha? Yang dulu – dulu kenapa? Teman – temannya apa melakukan hal yang sama? Isi flashdisknya pun sudah berganti rupa. Ah, dia selalu melihatku dari ekor matanya. Aku tidak akan melihat – lihat lagi isinya. Hal yang terburuk sudah aku lihat. Hmmm..kecuali ada hal yang lebih buruk lagi di dalamnya. Aku enggan menyentuh isi tasnya, dompetnya, HPnya, laptopnya (karena memang tidak diijinkan untuk menyala), dan flashdisknya. Sungguh, sebenarnya dia mempunyai banyak bunker baru yang tidak mungkin terjamah olehku. What’s going on?
Foto – foto wanita busuk itu pun sudah berganti tempat, entah sudah berpindah kepada tangan yang tepat, entah di salah satu bunker barunya, hal yang pasti aku yakini, tidak mungkin masuk trash dan di delete forever. Uhm...sungguh aku ingin menyangkal keyakinan yang satu ini.
Besok di hari liburnya, aku berharap dia melakukan hal yang sama seperti hari ini. Akan tetapi tidak. Dia akan datang tetapi tidak tahu jam berapa. Ah, aku pun melihat kebimbangan sewaktu aku meminta acara nonton hari ini diganti besok. Alasannya hanya ingin di rumah karena orang –orang tahu kalau dia libur. Mari kita buktikan, karena ini memang waktu pembuktian. Aku pun tidak akan terlalu curiga padanya. Bukankah setiap orang bisa berubah dan mempunyai kesempatan kedua? Itulah yang sedang aku lakukan. Aku memberinya kepercayaan dan bukan berarti melepaskannya begitu saja. Aku tetap mempunyai mata dan naluri.
Boys, I hope you can make me believe in you again. Don’t make me dissapointed because It’s the last power that I have for us.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar