Minggu, 17 Juli 2011

IMU

Pakde,

I miss you. Do you miss me? Don't you?

Aku tahu, Pakde mau melepas semuanya pelan - pelan. Aku biarkan saja, karena kita semua juga pasti mau move on secepatnya dan tidak berlarut - larut dalam perasaan seperti ini. But I can't.
Rasanya udah gak bisa marah lagi tiap pakde ngapain yang aku gak suka.
Aku ngerasanya pakde malah udah ada penggantiku. Who is she?
Don't tell me, coz I don't have any power to hear her name.

Bahkan, ketika pakde udah ga bisa cerita apa-apa lagi, tentang masalah - masalah yang ada. Dan aku hanya bisa tidak mengganggu untuk sementara, karena aku selalu jadi sumber stres.

Kehadiranku tidak bisa membuat suasana jadi lebih baik. Aku ini troublemaker.

But, hari ini seneng mau telpon sampe lama. Chat pun awalnya enak, tapi datang pengganggu jadi konsentrasi pakde buyar. Sedikit bikin kesel, tapi kalo itu yang bikin pakde seneng ya sudah. Just do it pakde.

Hmm..pengen banget ngajak pakde candle light dinner di Setiabudi. Mungkin semuanya bisa dimulai lagi dari sana. But it's imposible to do that.

So, I just keep it in my mind. And call your name through my dream. Let me say : Miss U, Monte.

Sabtu, 07 Mei 2011

THE END


Here we are now.
Just friend.
Hard to say goodbye.
Kami kalah. Tepatnya saya kalah. Jauh dari hubungan intern kami ada pihak – pihak yang harus ditenangkan. Saya mengerti.
Tolong jangan suruh saya berpikir bijak.
Yaaahhh...ini endingnya.
It’s not happy ending for me, but happy ending for everyone around me and for him.
Saya harus memulai hidup saya lagi. Sangat susah, tapi harus bisa. Dan tidak ada lagi yang saya bisa jelaskan mengenai ini.

Sabtu, 12 Februari 2011

BETWEEN 1 AND 3


Dearest Tuhan Jesus Kristus,
Thank’s for the time, YOU has given me the opportunity about 1 years and 3 months with him. He’s a wonderful man. 

Tuhan yang baiknya gak ketulungan,
I love him, but I love you more. Stay with me, I just need you. Please stop my tears, karena bongkahan es ini aku yakin tidak akan mampu menghilangkan benjolan dan sembabnya mataku. Give me the strength to face it. Teach me how to sincere and let go YOUR way. 

God, the most I Love,
Jika aku boleh bertanya, apa masih ada sisa keajaiban di surga? Aku mohon berikan untukku, aku akan berusaha untuk menjadi orang baik Tuhan. Aku mau bagi  - bagi makanan lagi. Aku mau bertobat untuk menjadi orang yang lebih baik. Setiap kali pengakuan dosa romo memberikan penitensi 100 rosario pun aku mau. Please Tuhan...But, terjadilah menurut kehendakMU, bukan kehendakku. 

Dear Dad,
I Miss You so muuuuchhhh. How are you? Are you fine? Long time no see, tetapi aku tidak ingin melihatmu saat ini karena aku pasti terkencing – kencing dan pucat pasi. Aku hanya ingin kamu menyapaku di mimpi, sekali saja. Ajari aku berdoa lagi. 

Dad, mungkin Febuari kemarin itu terakhir kalinya Bapak melihat dia. Selanjutnya, mungkin tidak akan pernah lagi. Aku harus menjauhkannya dari ibu, dan keluarga yang lain. Aku tidak ingin melihat keluarga kita terus – terusan berharap banyak dengan dia,dan aku tidak ingin dia menjadi tertekan dengan keinginan keluarga kita. Apa aku sudah bersikap adil? Entahlah, aku sendiri belum bisa mengerti arti keadilan yang Tuhan berikan. Aku tidak tahu apa yang Tuhan rencakan dengan semua ini. Dulu, aku berpikir bukan suatu kebetulan aku bertemu dengannya. Tuhan pasti ingin mengubah sesuatu dari dia lewat aku. Begitupun sebaliknya, Tuhan ingin merubah aku lewat dia. 

Up until, I think he was a gift from God for me, to accompany me a long as a live. Makanya aku begitu sungguh – sungguh untuk menyayangi dia. And I’m success. I love him Dad. This fact hurt me, break my heart. I would sucks without him. It’s first time my heartbroken. 

Dad, I don’t know how to make Mom happy. 

Dear Pakde, My Belly Bear,

Hi...
I’m sorry for the tears. It’s not my willing. I still love you. Aku yakin aku tidak akan kuat melihat siapapun penggantiku nanti. Don’t tell about her. Sampai saat ini aku belum bisa ikhlas. Aku tidak tahu kenapa ini semua terjadi sama kita. 

Drew talks to me, I laugh cause it’s just so damn funny
That I can’t even see anyone when you’re with me
You’re the reason for the teardrops on my guitar
The only thing that keeps me wishing on a wishing star
You’re the song in the car I keep singing, don’t know why I do
Drew walks by me, can You tell that I can’t breathe?
And there you go so perfectly
The kind of flawless I wish I could be
She’d better hold you tight, give you all her love
Drew looks at me, I fake a smile so he won’t see

Rabu, 12 Januari 2011

CRYING AGAIN

Ini adalah tempat baru.

Pakde tidak boleh mengetahui alamat baru ini. 

Hari ini ternyata kami berantem. Awalnya aku pikir kami butuh cooling down. Apa yang terjadi? Dia telepon aku. Kalian tahu betapa kagetnya aku? Aku pikir ini pakdeku yang dulu. 

Ternyata bukan.

Bentakan dan amarah terus saja mendobrak telingaku. Dadaku sesak. Air mata yang tadi sempat jatuh di kantor (ini pertama kalinya aku menangis di kantor, di depan orang, di tengah – tengah orang, ah semoga mereka tidak menyadari kejadian tadi), menjadi banjir. Mataku bengkak, suaraku serak. Kalian pasti sudah bisa menebak. Dia membenci tangisanku. Kalian tahu? Sulit mengendalikan air mata ini. 

Aku berusaha ikhlas. Aku cukup mendengarkan saja. Aku terima karena dulu pun aku pernah melakukan hal yang sama. Tuhan, sudahi karma ini. Jangan sampai dia mendapatkan hal yang sama. 

Caci makinya....

Cukup.

Aku tidak ingin merusak kesempurnaannya di dalam imaginasiku.

Pakde akan datang. Dia adalah pakdeku. Hanya milikku. Aku tidak akan mau membaginya dengan siapapun. 

Aku pikir kami tidak bertemu itu akan memperbaiki keadaan, tapi gara – gara dia masih menyimpan alamat blog yang lama, mengacaukan segalanya.

Tolong kalian beritahu pakdeku (aku akan selalu menyebutnya pakdeku, jadi kalian jangan coba – coba mengambilnya dariku), aku sedang berusaha meredam pikiran – pikiran ini. Rasanya kemarin hampir gila, tidak bisa tidur dan hanya mendengar suara – suara yang menjelek – jelekkan pakde. Aku Cuma butuh pakdeku saat itu, hanya butuh dia ada. Maka semua akan baik – baik saja. Betapa tidak? Aku senang dengan responnya kemarin. Aku mengerti dia pulang malam karena kerjaan. Aku merasa begitu damai. Dia mau aku temeni sampai pulang. Bahkan, kuliah pun dia masih sms aku terus. Rasanya ini pakdeku. Kalian tahu? Aku merasa begitu spesial. Hmmm...ijinkan aku GR sedikit, aku rasa dia kangen aku. Hahahaha...jangan tertawakan aku. Hanya saja, malam setelah dia pulang, aku mulai keanehan itu terjadi. Kepalaku sakitttttt (ditambah aku masih merasa jetlag). Rasanya di otakku crowded sekali. Aku butuh pakde menenangkanku. Sialnya, aku salah. Aku sadar tidak sadar, mengirimkan sms yang seharusnya tidak perlu aku kirimkan.

Pagi ini aku pikir ini sudah berakhir, dan dia akan meneleponku seperti biasa. Menanyakan kabarku tadi malam. Ternyata tidak. Benar dugaanku. Dia marah. Pagi – pagi dia udah OL YM. Dia langsung marah – marah. Aku kaget. Serius aku kaget. Dadaku rasanya sesak. Dan cairan di mataku menggenang lama. Aku sempat meneleponnya dan berusaha diskusi baik – baik, tetapi tidak bisa. Aku rasanya pengen lari keluar dan pulang. Membenamkan wajah di bantal. Ini pertama kalinya aku menangis di kantor. Yah, ini tidak aku sadari. Begitu saja. Di depan komputer, di tengah  - tengah aku harus membuat rekap data yang jelimetnya minta ampun. Aku menutup teleponnya dengan sepihak karena aku harus mengerjakan sesuatu tiba – tiba. Ya, aku mau serius lagi dengan kerjaanku. Keluargaku sangat butuh aku. Jadi aku tidak boleh ceroboh. Rasanya seperti mengambang. Aku mencoba mengontactnya dan mengajaknya bercanda, tetapi tidak bisa. Aku gagal. Aku juga tidak tahu harus bagaimana. Aku kemudian menjadi sangat aktif, berusaha menikmati hari ini. 

Ahhh,
12 Januari,
What happen with you?

Rasanya sedih banget. Sampai sekarang pun aku tidak bisa menghalangi mereka membanjiri mukaku. Tolong, berhentilah. Mataku sudah bengkak. Cucian yang sedang aku rendam dengan pewangi, terpaksa aku angkat langsung dan ditumpuk di ember. Tanpa dikeringkan, tanpa dijemur. Aku tidak mau orang lain melihat ini. Aku tidak mau mereka tahu aku dan pakde sedang retak. 

Tiba – tiba aku merindukan Bapak.

Dad, miss you so much.

Pakde,
Balik lagi pakde. 

Aku tertegun memandangi fotoku sendiri. Aku terlihat begitu rapuh. Sangat buruk rupa, pakde. Aku udah nggak imut lagi. Pakde jangan jijik. Aku pasti bisa gemuk lagi kok.
Aku merasa asing dengan kondisiku di foto itu, seperti bukan aku yang dulu aku tahu. Lihat mataku, tidak lagi bersinar. Tidak ada yang menarik dariku. Tidak lagi. 

Aku hanya bisa terus menangis. 

Tangisan yang sangat dibenci pakdeku.

*Honestly, aku tidak tahu kapan pakde akan kembali datang dan mengelus rambutku sambil menatapku lembut. Sangat lembut. Dia lalu berkata dengan nada rendah namun berwibawa di telingaku : Sayanx, bobo ya? Sayanx capek ya? Dan dia akan terus memandangiku sampai aku bangun. Tidak berkedip. Dia akan terus di sana.

Nite.

Selasa, 11 Januari 2011

AFTER HOLIDAY


Hei world...
I’m glad to see you again.
What’s up?
Yah, setelah 5 hari lebih yang melelahkan. Apa kabar pakdeku di sana? Masih punyaku? Hahaha...don’t make me angry. Kalian tidak perlu bercerita apa yang sedang terjadi selama aku pergi. Aku tahu. Tidak semua tetapi sebagian banyak. Jadi kalian tidak perlu menatapku dengan pandangan ketakutan karena menyembunyikan sesuatu. Aku tidak marah.
Selama perjalanan kemarin, banyak hal yang aku pikirkan. Bagaimana aku harus bersikap dan berpikir untuk ke depannya. Yah, aku harus kembali seperti dulu. Dan maaf untuk pakde, mungkin pelan – pelan aku harus bisa membiarkan pakde bangkit sendiri. But, I still there.
Aku menahan diri untuk tidak mengontactnya. Aku hanya sekedar say hay dengannya sebentar di telpon dan membuat suaraku seolah – olah aku menikmati liburan ini. Aku yakin sekali pakde pasti tenang mendengar suaraku. Ini langkah awal. Aku memang sengaja tidak terus – terusan menghubunginya. Bahkan aku dengan sangat amat sengaja tidak mengontactnya pada hari libur, ya, Sabtu – Minggu. Aku tidak ingin tahu apa yang dia lakukan. Toh, dia tidak ada inisiatip menghubungiku. Biarkan saja. Dan aku menikmati kedamaianku. Damai karena aku berhasil ikhlas dan hanya memusatkan feelingku untuk fokus kepada kondisi keluargaku (yang lebih membutuhkanku daripada pakde, ya, kalian pasti tahu, pakde tidak terlalu butuh aku saat ini). Aku tidak akan menyuruhnya maen dengan Yuddie (apalagi dengan teman – teman kampusnya, terutama dua setan tengil Novi dan Nidi).
Kalian tahu, ada acara kumpul – kumpul pada hari Sabtu sore, teman – teman kampusnya, dan ada setan tengil itu. Apa aku akan marah? Tidak. Kalian tidak akan mendapati emosiku lagi. Aku sudah benar – benar menyerah. Saat ini aku hanya membutuhkan pakde di dalam imaginasiku saja, karena di situlah pakde kembali seperti yang dulu dan HANYA MILIKKU. Aku tidak berharap pakde datang ke tempatku, VVIP Room ini. Tidak. Silakan saja kalau dia mau datang. Maap, aku sudah tidak bisa aktif dan inisiatif. Ini waktu penyembuhan dari setiap sakit hati, dan inilah saatnya belajar ikhlas.
Tolong  jangan meminta, menyuruh, atau memaksaku untuk menghentikan waktu – waktuku bersama pakde dalam imaginasi. Aku masih butuh dia. Tolong, hanya dalam imaginasi. Jika dalam dunia nyata kalian hendak mengambilnya dan pakde mau, silakan. Aku akan membuka tanganku lebar – lebar tanpa menyentuhnya. Akan aku biarkan dia berjalan ke arah kalian jika itu juga menjadi kemauannya. Satu yang aku minta, ketika dia berjalan ke arah kalian, jangan meminta aku untuk membuka mata. Biarkan pakde hidup dalam imaginasiku.
Kalian tahu? Aku dan pakde adalah dua orang yang sangat kompak. Petualang sejati yang bermimpi untuk mendapatkan petualangan – petualangan terindah. Kalian tidak akan mungkin bisa merusaknya. Never and ever.
Yah, ada satu saat dia melupakan monthly anniversary, aku pun tidak akan marah. Dia hanya seorang manusia. Ah, lagi pula mungkin aku orang yang aneh, terlalu ribet dan history sekali. Itu bukan momment yang penting bukan? Tapi, aku sudah puas berdansa dengannya pada malam itu, walaupun dalam imaginasi. Dia sangat berwibawa dengan tuxedo hitamnya, dan tatapan matanya...aidihhhhh..aku hampir lumer dibuatnya. Pakde memang satu – satunya orang yang bisa membuatku merasa seperti trully princess.
Satu rahasia lagi. Aku hanya membelikannya satu kaos yang sama designnya denganku. Kalian tahu? Teman – temanku menyuruhku membeli kaos couple seperti mereka.  Aku hanya tersenyum dan berdiri di depan toko. Membiarkan mereka memilih kaos untuk pasangan masing –masing. Aku hanya tersenyum getir. Ah, pakde, kita bisa memakai kaos couple di dalam imaginasi bukan? Setiap barang yang hendak aku beli untuknya, aku rekam di dalam otak, sebagai bahan untuk imaginasiku di malam harinya. Dan kalian tahu akibatnya? Aku baru sadar aku hanya membeli satu kaos untuknya. Hahahaha....Makanya, aku tidak pernah memberi tahu apa oleh – olehku untuknya. Jangan biarkan aku memiliki pakde dalam imaginasi jika tidak bisa memperbaiki sedikit kericuhan ini. Aku sudah memesankan sebuah barang untuknya. Semoga temanku bisa membantu (aku semakin mengerti arti networking).
And then,
Kita cerita – cerita lagi besok. Masih jetlag nih. See you....

Rabu, 05 Januari 2011

STAY THERE


Sapaan pagi yang menurutku bukan pagi lagi datang. Pukul tujuh. Hanya ada dua kemungkinan, sudah di kantor atau baru berangkat. Dan ternyata baru berangkat. Teleponnya pukul delapan, tidak sempat aku angkat. Aku mulai acuh dan tidak peduli apakah aku ini masih berharga di matanya atau tidak. Ya...biarkan saja dia dimakan kesibukannya yang sangat dia cintai itu.
Kamu masih menanyakan apa aku kesel/ sebel tentang kejadian semalam. Ah, aku sudah capek marah, toh itu tidak bisa mengubah keadaan. Kamu tetap akan melakukan itu semua. Jadi untuk apa kamu peduli aku marah atau tidak?
Kepalaku kembali pusing. Dan suara – suara bermunculan. Boy, cepet datang. Ah, kenapa selalu seperti ini, pas aku butuh kamu tidak ada. Jam 9 kurang sedikit kamu muncul, dan sedikit sekali waktu kita. Capekmu keliatan banget. Kamu terlalu biasa menanggapi hari ini. Kamu ngerti gak sih kita jarang – jarang bisa ketemu, and I will be off until 10 January.
Inilah kita, waktu yang sempit, kesibukan menghimpit, dan kita tidak bisa mendapatkan waktu yang berkualitas. Aku tidak ingin menuntutmu lagi.
Give up. Ya...aku menyerah. Jika kamu masih bisa bertahan denganku, dan menjaga dirimu seutuhnya, silakan. I’ll appreciate it.
Semoga nanti ketika kita lose contact untuk sementara waktu, kamu tetap stay di sana, istirahat dan menungguku kembali. Please, don’t go anywhere. Stay there boy. Don’t do everything that (you know) will be hurt me. Aku berharap ketika kita bertemu, aku bisa menemukan kamu yang dulu.
I’ll miss you, Belly Bear.  



Regards,

Bintang Kwecil