Senin, 27 Desember 2010

HE IS SUMMER (1st day)

Kesepakatan kami untuk memulai semua dari awal. Ini adalah titik nol. Masih ada waktu beberapa saat, aku sendiri tidak meminta kepastian berapa lama waktu yang kami butuhkan untuk berjuang. Mungkin seminggu, mungkin sampai akhir tahun ini, atau mungkin kami kembali mengulur – ngulur waktu (lagi).
Aku berusaha memulai ini dengan sebuah sapaan pagi, berharap ketika dia bangun dan membacanya, lalu mengingatku. Give a little smile, Belly Bear. Sayang sekali aku tidak dapat melihat reaksinya. Hanya sebuah reply singkat : Pagi Cezz. Aku tidak membalasnya, lebih baik melanjutkan tidur. Pukul 7 lebih, akhirnya ada message kedua. Yah, jawaban dari dugaan – dugaanku dia akan berangkat jam berapa. Cukup siang untuk rutinitas biasanya. But, whatever, aku mulai belajar untuk tidak mempedulikan hal itu.
Dan persis seperti skenario yang aku bayangkan tadi malam, tidak akan ada telepon hari ini. Chat – chat yang saling ditembakkan menurutku biasa. Tidak ada yang bisa dibilang ‘menarik’, bahkan mungkin ada satu kali kami kembali memanas, tepatnya dia. Ya, dia emosi. Aku tidak ingin membahas penyebabnya. Anggap saja itu salahku. That’s all. Berusaha melunakkannya lagi dan menyingkirkan egoku. Menghalau semua prasangka. Menghibur setiap kesakitan yang muncul kembali jika mengingat beberapa hal yang lalu.  Menguatkan hati untuk memberikan apa yang dia minta.
Oh God, aku tidak percaya seharian browsing tentang Blackberry dan mengesampingkan pekerjaanku. Kalian juga pasti tidak percaya ini. Aku mencari apa yang dia cari. Selanjutnya, aku menyampaikan info yang aku dapat kepadanya. I can’t believe it. Aku sendiri sama sekali tidak percaya aku melakukannya. God, I must be crazy. What happen with me?
Menyakitkan sebenarnya untuk mengalah seperti ini. Bagaimana tidak? Dia, orang yang aku anggap ada di pihakku dan satu kubu denganku, tapi ternyata bukan. Dia sama seperti mereka di luar sana. Menghambakan diri pada kesibukkan. Choky Sitohang, tolong katakan kepada mereka, hard worker di luar sana, tentang prinsip yang pernah kau tulis di microbloggingmu: Anda yang harus mengendalikan kesibukan, bukan kesibukan yang mengendalikan Anda.  Sampai saat ini aku tidak mengerti istimewanya BB di mata mereka. Dan mengenaskan melihat dia dan jutaan orang lainnya begitu bangga dengan barang itu di tangan mereka. Oh, come on, jangan katakan aku orang yang tidak normal dan aneh.
Ada satu kenyataan lagi, (dan ini mungkin yang menjadi alasan pertengkaran tadi), dia sudah mengatur jadwal untuk satu minggu ini. Berapa lama waktu yang akan dihabiskan bersamaku dan berapa lama yang akan dihabiskan untuk tugas (aku menyebutnya ‘teman-temannya’). Sebenarnya, aku masih ingat jelas, he said he will give me surprise, makanya dia tidak menceritakan kalau satu minggu ini dia libur kuliah (Oh come on boy, aku sudah tahu, ada teknologi yang bernama telepon dan sangat mudah mencari info ke kampus).  Kalian tahu, yang aku yakini saat dia mengatakan itu adalah....(uhm...aku merasa jika ada seseorang yang membaca ini akan membakar emosinya kembali, semoga saja dia melupakan blog ini) dia akan membagi waktu untuk berkumpul dengan teman – temannya dengan alasan apapun (I’m not sure what his reason), mungkin itu tu-gas. Seandainya kalian merasakan akibat dari semua perasaan ini, ukh, kenapa feeling – feeling ini terus berlarian dan mendekati kebenaran. Satu yang membuat sakit, pada saat aku hendak mengatakan itu, dia salah paham dan justru marah – marah, aku yang selalu menuduh, berpikiran buruk dan atribut – atribut yang dikenakannya padaku (kalian masih hapal semua itu kan?).
Aku lega, dia memberi kabar ketika sudah sampai (walaupun aku tidak tahu kapan dia keluar dari kantor). Aku juga semakin lega karena dia beberapa kali sms aku. Rasanya mengurangi sakit di badanku (enyahkan keringnya kerongkonganku dan linu – linu tulangku secepatnya please). Waktu beranjak semakin malam, aku berharap dia mengingat pesanku tadi : jangan pulang terlalu malam ya. Silakan menertawakanku, tapi aku sungguh – sungguh mengatakan ini karena care sama dia. Persetan dengan kalian yang berpikir itu hanya trik lain dari pengekangan (kalian tidak pernah merasakan bagaimana beratnya menjadi seperti ini). Fakta berkata lain. Ketika jarum –jarum jam mengindikasikan waktu yang mendekati pukul 9 aku komat kamit berharap dia segera pulang. Ah, come on boy, don’t destroyed my faith. Dadaku rasanya basah kuyup ketika melihat jam, sudah pukul 21.30. Aku menjaga mataku agar tetap kering dan mendamaikan diri sendiri. Ah, jika kalian yang bisa membaca pikiranku pasti sudah menutup telinga rapat – rapat mendengar teriakanku yang tidak terucapkan. Satu hikmah dari ini adalah menahan teriakan itu sakit lho, aku sudah membuktikannya berkali – kali, so, don’t try this at anywhere.
Aku sms berkali – kali. No respon. Ah, boy where are you?
Pukul 22.05 dia baru memberi kabar. He just arrived at home. Do you know what time is it, boy? You give me reason to write this. My pillow, stay there please, I’ll be back to you at the moment.
Aku tidak mau berpikir lagi. Film 500 days of Summer sudah cukup memberikan pelajaran yang berarti bagaimana bersikap dalam sebuah hubungan. Ya, mungkin bukan orang seperti aku yang dia cari. Dia sama halnya Summer, dan aku sebagai Tom. Apakah nantinya aku akan terlihat bodoh seperti Tom, mengiyakan saja hubungan yang tidak jelas ini hanya dengan alasan kami bisa menikmati dan bisa bahagia. The Architectur of Happiness mungkin tidak akan pernah aku tulis. Walaupun aku seperti Tom yang terobsesi untuk menjadi seorang arsitek, aku mungkin tidak akan pernah berani mencoba. Dan aku mungkin tidak akan pernah dicarinya di tempat favoritku (aku tidak yakin dia tahu dimana tempat favoritku).
Aku belajar untuk menerima bahwa there’s no miracle, tidak ada juga nasib, ini hanya proses. Seorang teman berkata : “Ayo kamu harus bangkit, dia hanya orang yang hadir dalam kehidupan kita. Kamu berat karena ini yang pertama kali buatmu. Jika kamu menemukan orang lain lagi kamu akan melupakannya. Semua ini proses, dan kamu harus belajar dari ini semua. Kalau kamu menganggap dia yang terakhir, maka artinya kamu harus lebih banyak belajar mengenai sebuah hubungan. “
Kalian, aku akan mengatakan tentang sebuah kejujuran : aku, sampai saat ini, masih tidak sepaham dengan paragraf di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar